Astronom Berburu 'Planet X'

Ilustrasi ini menggambarkan planet raksasa mengambang bebas tanpa bintang induknya. Para astronom baru-baru ini menemukan bukti tersebut. Matahari mungkin telah menangkap planet tersebut seperti yang ditunjukkan oleh studi baru yang mungkin berada di tepi tata surya.
Ilustrasi ini menggambarkan planet raksasa mengambang bebas tanpa bintang induknya. Para astronom baru-baru ini menemukan bukti tersebut. Matahari mungkin telah menangkap planet tersebut seperti yang ditunjukkan oleh studi baru yang mungkin berada di tepi tata surya.

Perburuan objek hipotesis "Planet X" sejauh ini belum membuahkan hasil,tapi itu tidak berarti membuat para astronom menyerah.

Sebuah analisis baru dari data yang dikumpulkan oleh wahana NASA Wide-Field Infrared Survey Explorer (WISE) mengungkapkan tidak ada tanda-tanda objek misterius Planet X yang diduga ada di luar tata surya. Tetapi para ilmuwan tetap mencari sebuah planet atau bintang redup yang jauh dari matahari.

"Saya pikir para astronom akan terus mencari pendamping yang jauh matahari dengan setiap survei baru yang lebih dalam," kata Kevin Luhman dari University of Pennsylvania. Luhman, yang mempelajari bintang bermassa rendah dan "bintang gagal" yang dikenal sebagai katai coklat, baru-baru ini menerbitkan hasil usahanya mencari Planet X menggunakan WISE.

"Kami memiliki keinginan alami untuk menentukan lebih baik isi tata surya kita," kata Luhman. "Ada volume besar ruang di luar tata surya dan kami ingin tahu apa yang ada di luar sana."

Dan penemuan baru-baru ini dapat memberikan dorongan untuk berburu Planet X. Pada hari Rabu (26 Maret), peneliti mengumumkan mereka telah menemukan sebuah planet kerdil yang mengorbit matahari di kejauhan yang bersemayam di daerah yang sebagian besar belum diselidiki,dikenal sebagai Awan Oort Dalam.

Baca :  Planet Kerdil Baru Ditemukan Di Tepi Tata Surya Berikan Petunjuknya Kemungkinan Adanya 'Planet X'

Selanjutnya, orbit objek baru yang dikenal sebagai 2012 VP113 ini ditemukan. Dari pengamatan,orbit 2012 VP113 dan tetangganya yang ada di Awan Oort Dalam memiliki orbit seperti "di ganggu" oleh sesuatu objek yang memiliki ukuran seperti planet yang jauh dari Matahari. Mungkin begitu jauh sehingga objek itu tidak dapat dideteksi dengan instrumen saat ini.

Pendamping Gaib

Selama lebih dari satu abad, para astronom telah mempertimbangkan kemungkinan bahwa ada objek besar lain di tata surya luar. 

Percival Lowell menciptakan istilah "Planet X" pada pergantian abad ke-20 yang mengacu pada planet besar yang belum ditemukan yang bisa bertanggung jawab menggangu orbit Uranus dan Neptunus. Baru-baru ini ide baru tumbuh yang mengatakan bahwa Matahari kemungkinan mempunyai bintang pendamping kerdil yang dijuluki "Nemesis".

Pada tahun 1980-an, para ilmuwan mengemukakan bahwa bintang pendamping Matahari bisa bertanggung jawab atas penyebab kepunahan massal di Bumi setiap 26 juta tahun. Mereka berteori bahwa bintang kecil redup atau katai coklat (objek yang lebih besar dari planet tetapi terlalu kecil untuk menyalakan reaksi fusi untuk menjadi bintang sejati) bisa melewati Awan Oort secara berkala. Awan Oort adalah pabrik komet yang ada di tepi Tata Surya.
 
Entakan gravitasi dari objek ini bisa mengirim hujan komet melesat menuju tata surya bagian dalam, di mana beberapa akan bertabrakan dengan Bumi dan mengancam setiap kehidupan yang ada.


Satelit Infrared Astronomical Satellite (IRAS),yang merupakan satelit pertama yang memindai langit dalam inframerah mengumpulkan banyak data pada awal tahun 1980 tapi tidak menemukan tanda-tanda kehadiran objek besar jauh yang di duga. Data yang lebih rinci kembali diambil menggunakan NASA Two Micron All-Sky Survey (2MASS) satu setengah dekade kemudian, dengan hasil yang sama.

Tapi itu tidak mengakhiri pencarian bagi objek misterius ini. Misalnya sebuah studi tahun 1999 yang mengaku menemukan anomali halus dalam orbit komet - bukti yang mungkin untuk pendamping Matahari jauh. Sebuah tindak lanjut studi oleh penulis yang sama pada tahun 2011 membuat klaim yang sama. Tim astronom mengatakan bahwa keanehan ini bisa menjadi hasil dari sebuah planet gas raksasa yang dijuluki "Tyche."

Masih Memindai Langit

Kebanyakan astronom saat ini tidak memberikan banyak kepercayaan pada klaim bukti-bukti sejarah untuk bintang pendamping atau planet yang jauh, kata Luhman. Namun perburuan berlanjut, karena kemungkinan objek seperti itu bisa selalu ada. (Sebuah objek seukuran Bumi kemungkinan akan terdeteksi dengan instrumen saat ini jika terletak pada jarak sekitar 250 AU jauhnya, kata peneliti.).

Hasil terbaru dari WISE memberikan tampilan yang lebih rinci pada objek dingin dalam tata surya. Karya Luhman, yang diterbitkan dalam The Astrophysical Journal, menemukan bahwa tidak ada tanda-tanda objek seukuran Saturnus pada jarak 10.000 AU. (AU adalah jarak rata-rata Bumi ke Matahari, sekitar 93 juta mil atau 150 juta kilometer).

Survei tersebut juga berusaha mecari objek seukuran Jupiter dan lebih besar, yang mencakup katai coklat dan bintang-bintang bermassa rendah, sejauh 26.000 AU.Tapi juga tidak ditemukan.

Jika para ilmuwan tidak menyatakan bahwa sebuah bintang yang tak terlihat atau planet bisa mempengaruhi kehidupan di Bumi, apakah para astronom masih akan mencari Planet X? Luhman berpikir begitu.

"Bahkan jika tidak ada orang yang sebelumnya mengaku menemukan bukti objek besar di tata surya, secara alami kita tetap akan mencari obyek semacam itu dengan setiap survei seluruh langit baru yang mampu melihat objek-objek redup dibanding survei sebelumnya," katanya.

Peningkatan teknologi bisa membuat perbedaan ketika mencari pendamping Matahari. Menurut Luhman, ada kemungkinan walaupun kecil ,pendamping Matahari yang jauh bisa terjawab jika objek itu selaras dengan bintang terang dekat.

Sebuah pendamping juga bisa lolos dari deteksi WISE jika memiliki massa yang relatif kecil dan terletak sangat jauh. Semakin kecil dan redup sebuah objek, semakin sulit untuk di deteksi.

"Saya pikir orang kagum dengan fakta bahwa kita dapat mendeteksi galaksi yang berjarak miliaran tahun cahaya, namun ada bagian dari tata surya kita yang tetap belum dipetakan dan belum dieksplorasi," kata Luhman.


Sumber : Astronesia