Home » » Kiamat 2012, Dari Isu Lokal Jadi Teror Global

Kiamat 2012, Dari Isu Lokal Jadi Teror Global

Ilustrasi

Kamis (20/12/2012) ini adalah hari terakhir periode 13 baktun kalender Maya. Sebagian warga dunia percaya, Jumat besok adalah kiamat. Persiapan pun dilakukan, mulai dari khusyuk berdoa, berlindung dalam bungker, hingga memborong produk pangan olahan dan lilin. Namun, sebagian besar justru tak menggubris isu itu.

Otoritas keamanan China, Selasa lalu, menangkap 93 penyebar isu kiamat. Beberapa di antaranya anggota sekte ”Tuhan Maha Agung” yang yakin kiamat terjadi pada 21 Desember nanti, sesuai ramalan yang didasarkan pada akhir kalender Penghitungan Panjang bangsa Maya di Amerika Tengah.

”Mereka percaya Matahari tak bersinar dan listrik padam tiga hari mulai 21 Desember,” kata seorang anggota Biro Keamanan Publik di Xining, Provinsi Qinghai, China, seperti dikutip kantor berita Xinhua.

Rumor itu sukses. Sejak beberapa minggu lalu, warga China memborong makanan dan minuman kaleng, lilin, korek api, hingga baju hangat untuk bertahan hidup jika kiamat terjadi.

Pebisnis Yang Zongfu pun membuat bola raksasa untuk menyelamatkan diri bila kiamat tiba. Bola yang disebut ”Perahu Nuh” baru itu diklaim mampu melindungi dari radiasi, api, dan temperatur tinggi. Pesanan tak hanya dari China, tetapi juga dari Selandia Baru. Tiap bola dihargai 1 juta-5 juta yuan (Rp 1,5 miliar-Rp 7,7 miliar).

Ada pula warga yang ingin berbagi kebahagiaan. Seorang perempuan bermarga Jiang menjual murah apartemennya dari harga normal 3 juta yuan menjadi hanya 1,04 juta yuan. ”Hasil penjualan saya sumbangkan untuk anak yatim piatu dan menikmati hidup jelang kiamat,” katanya kepada chinadaily.com.cn, Selasa pekan lalu.

Di Australia, sebuah bungker dibangun di perbukitan dekat Tenterfield, New South Wales. Kelompok pendiri bungker juga yakin kiamat pada 21 Desember. Namun, dasarnya adalah teks Mesir kuno dan kitab suci, bukan kalender Maya. Mereka yang ingin tinggal di bungker, seperti dikutip news.com.au awal Agustus lalu, dikenai biaya sekitar Rp 50 juta.

Sementara itu, pemimpin spiritual Maya di Bacuranao, Kuba, Kamis (6/12/2012), menggelar doa memohon keselamatan saat kiamat tiba. Sebaliknya, situs-situs arkeologi Maya di Meksiko dan Guatemala, wilayah asli bangsa Maya, justru ramai dikunjungi turis. Di tempat itu, Jumat besok saat kiamat dikabarkan datang, akan diadakan pesta kembang api, konser, dan berbagai kegiatan lain. Pesta menyambut kiamat juga diselenggarakan di sejumlah negara.

Bagaimana di Indonesia? Sepertinya tenang-tenang saja walau hasil jajak pendapat Ipsos Global Public Affairs, Mei lalu, menyebut 19 persen orang Indonesia percaya kiamat akan terjadi pada 21 Desember.

Hampir semua penduduk Indonesia mengidentifikasikan diri pada agama tertentu. Mereka memang meyakini kiamat pasti tiba. Namun, kapan saat itu tiba, tak ada yang bisa memprediksi. ”Mengapa harus percaya sama ramalan itu? Kayak enggak punya iman saja,” kata Farid (35), pegawai swasta di Cimahi, Jawa Barat.

Isu kiamat 2012 kembali muncul menjelang 12 Desember (12-12-12) lalu. Namun, bukan menjadi topik serius, kiamat justru menjadi bahan gurauan.  

Amri (34), anggota staf penjualan sebuah perusahaan distribusi, mengatakan, kiamat bisa dijadikan obrolan halus untuk menarik tunggakan utang para pemilik toko. ”Sudah Koh (engkoh), tinggalin dulu ATM (kartu anjungan tunai mandiri)-nya, sudah mau kiamat nih,” bujuknya kepada seorang pemilik toko di Proyek Pasar Pagi Lama, Tambora, Jakarta Barat.

Berbeda dengan kepanikan yang melanda masyarakat China, warga Tionghoa yang ditemuinya umumnya tak terlalu percaya isu kiamat. Mereka lebih percaya dengan kombinasi angka, seperti 12-12-12. Pada saat itu, mereka membuka toko pukul 12 siang dan menutupnya pukul 12 malam. Jam buka toko normal dari pagi hingga sore.

Kondisi masyarakat Indonesia yang cukup tenang ini jauh berbeda ketika isu kiamat 2012 mencapai puncak kepopulerannya pada 2009. Saat itu, banyak toko buku memajang buku-buku bertema kiamat, mulai dari yang ilmiah hingga spiritual.

Suasana makin dramatis saat infohiburan (infotainment) ramai mengabarkannya dan diluncurkannya film 2012. Penggambaran kehancuran Bumi yang bagus membuat banyak penonton menangis histeris seusai pertunjukan. Saat itu, Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan larangan menonton film itu agar tidak merusak iman.

Mengglobal


Kiamat 2012 merupakan rekaan orang-orang yang terobsesi dengan kiamat. Isu pun dirangkai dengan data arkeologi berbagai bangsa dan fenomena astronomi dan geologi yang dimaknai berbeda. Untuk memperkuat isu, mereka menambahnya dengan tafsir serampangan kitab suci dan teks-teks kuno.

Guru Besar Filsafat Universitas Katolik Parahyangan Bambang Sugiharto mengatakan, globalisasi membuat isu kiamat yang semula bersifat lokal, dari kalender bangsa Maya, akhirnya menjadi isu global. Kolektivitas global yang terwujud bersamaan membuat bencana yang dihadapi satu pihak menjadi bencana seluruh warga dunia. ”Manusia lebih tertarik hal-hal gelap dan misterius daripada yang indah-indah,” ujarnya.

Ketakutan global yang dialami sebagian orang dinilai psikolog sosial Universitas Gadjah Mada, Helly P Soetjipto, sebagai manajemen teror, menakut-nakuti orang dengan kematian. Isu ini sangat mudah dimasukkan kepada mereka yang orientasi hidupnya fokus mengejar materi dan kesenangan.

”Kematian adalah misteri hidup. Karena itu, semua orang menyiapkan diri mati. Sayangnya, persiapan yang dilakukan lebih banyak dengan menumpuk materi, bukan membangun hubungan vertikal,” katanya.

Sekjen Masyarakat Neurosains Indonesia yang juga dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Taufiq Pasiak, mengatakan, otak manusia memiliki sistem takut. Rasa takut membuat manusia selalu membutuhkan sesuatu yang bersifat transendental untuk menggantungkan ketakutannya.

Namun, manusia juga memiliki sistem pikir rasional. Inilah yang membuat manusia selalu berusaha mencari penjelasan atas ketakutan yang dialaminya, termasuk ketakutan atas kematian dan kiamat.

Penjelasan tentang kiamat dan mati ada di dalam agama. Namun, penjelasannya bersifat global. Inilah yang mendorong manusia terus mencari penjelasan tentang kiamat, termasuk mereka-reka kapan kiamat sesungguhnya terjadi.

Pencarian ini akan terus ada sepanjang sejarah manusia. Karena itu, isu-isu kiamat berikutnya, setelah kiamat 2012, akan selalu ada.

 Oleh M Zaid Wahyudi dan Dian Marsidi

Sumber: Kompas.com