Home » » Pelajaran dari Kiamat Suku Maya

Pelajaran dari Kiamat Suku Maya

http://dailytorn.blogspot.com/
Kalender Maya

Sekitar ribuan orang berkumpul di Byron Bay, Australia, pada pekan ini. Mereka bersiap untuk menghadapi kiamat versi kalender Suku Maya yang diketahui akan terjadi pada Jumat, 21 Desember 2012.

"Kalendar suku Maya telah memberi tahu sesuatu akan datang menuju akhir, tapi apa yang akan lahir kemudian," kata penulis buku motivasi Barbara Mark Hubbard di Byron Bay, Kamis, 20 Desember 2012.

Bagi yang percaya ramalan suku Maya, hari ini dunia seisinya berakhir. Kiamat di pekan ketiga bulan Desember 2012 akan diawali dengan bencana alam yang menghancurkan bumi atau pergeseran bumi sehingga ia bisa bersatu dengan "kembarannya" yang disebut Planet Nibiru.

Masa ketiga belas atau akhir periode 400 tahun dikenal sebagai baktun dalam kalendar suku Maya. Baktun dalam Kalender Hitung Panjang yang sudah berumur 5.125 tahun, menuliskan akhir waktunya pada 21 Desember 2012. Khusus di Australia, waktu tersebut akan tiba pada Jumat, pukul 22.11 waktu setempat.

Hubbard memilih menikmati kiamat dengan menyelami filosofi arti apocalyse (kiamat) dari bahasa Yunani. Apocalyse yang bisa diartikan sebagai pengungkapan, wahyu, atau pengangkatan tabir, menurut dia, adalah proses transformasi. "Aku telah banyak belajar, bahwa krisis adalah salah satu bentuk transformasi," ujar perempuan berusia 82 tahun yang pernah jadi kandidat wakil presiden Partai Demokrat Amerika Serikat pada 1984 ini.

Hubbard dan ribuan orang lainnya berharap mereka dapat mengangkat tabir yang menutupi dunia. Membawa mereka semua ke dalam sebuah kasih sayang yang lebih besar atau situasi yang disebut sebagai "revolusi kesadaran".

Sementara para filsuf meresapi arti kiamat, Xiuhtezcatl Martinez justru menilai kiamat 2012 adalah momentum terbaik untuk berubah. Bocah 12 tahun yang terlibat dalam program kampanye Penjaga Bumi ini menilai bahwa kiamat adalah saat tepat manusia untuk sadar dengan kondisi bumi.

Menurut lelaki cilik yang hadir dalam konferensi perubahan iklim PBB di Rio De Janiero, Brasil, tahun lalu ini, warga dunia sudah saatnya berubah. Martinez mengecam perilaku para pemimpin dunia yang hadir saat konferensi perubahan iklim tersebut. "Pemimpin dari seluruh dunia datang secara politik untuk memecahkan masalah perubahan iklim, tapi semuanya tidak berjalan. Bahkan, mereka tidak mempunyai satu keputusan yang nyata. Mereka semuanya adalah orang yang tamak" kata dia.

Tapi, Martinez menambahkan, tak masalah tak ada keputusan dari orang dewasa. Ia tetap gembira karena bisa bertemu anak-anak dari seluruh dunia yang masih peduli dengan kondisi bumi. "Ini seperti, Wow, Aku tidak sendirian (melakukan penyelamatan bumi)," kata dia.