Home » » Misteri Lenyapnya Danau Chad Di Afrika Akhirnya Terjawab

Misteri Lenyapnya Danau Chad Di Afrika Akhirnya Terjawab


Penelitian terbaru mengungkap misteri hilangnya Danau Chad tiga dekade silam. Polusi dari negara-negara belahan utara menghambat pembentukan awan hujan di Afrika.

Episode kekeringan danau dengan luas dua kali Jakarta itu bersamaan dengan meningkatnya produksi barang di Eropa dan Amerika. Selang 1960-1990, pabrik-pabrik membakar batu bara dalam jumlah besar. Emisi dari cerobong pabrik ini bercampur dengan udara sehingga menghambat masuknya sinar matahari. Eropa dan Amerika pun mendingin.

Pendinginan ini menyebabkan pita awan yang bertengger di atas Danau Chad bergeser ke selatan. Pita awan ini memiliki lebar 500 kilometer dan merentang sejauh 5.000 kilometer dari barat ke timur. Kumpulan uap air di ketinggian hingga belasan kilometer ini menjadi lokasi pembentukan awan hujan. Karena berpindah dari posisi aslinya, Danau Chad tak lagi memperoleh air hujan. Sebanyak 30 juta penduduk yang tinggal di sekelilingnya menderita bencana kekeringan.

"Kami menemukan kaitan ini setelah melihat pola cuaca skala besar," ujar Hwang. Temuan ini terbit di jurnal Geophysical Research Letters.

Dalam penelitian ini, Hwang memeriksa 26 model iklim yang dipakai Intergovernmental Panel on Climate Change. Tak satupun dari model-model ini menunjukkan pergeseran pita awan ke selatan dan pendinginan di belahan utara sebagai penyebab utama lenyapnya Danau Chad.

Dugaan sebelumnya menyebutkan Danau Chad hilang pada 1980-an akibat penerapan teknik pertanian yang buruk dan penggundulan padang rumput. Dugaan lain menyebutkan penyusutan Danau Chad akibat pemanasan global.

"Umumnya orang beranggapan partikel pencemar menyumbang polusi lokal. Kenyataannya aerosol ini juga berpengaruh pada iklim di tempat lain," kata dia.

Penduduk yang tinggal di belahan utara memang tak merasakan pendinginan ini. Rupanya, pendinginan diimbangi efek rumah kaca yang terjadi dekat permukaan. Suhu udara pun seolah tak berubah.

Danau Chad--yang dimiliki Kamerun, Nigeria, Niger, dan Chad--perlahan pulih dari kekeringan ini. Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2007 lalu melaporkan air danau mulai bertambah dalam jumlah signifikan. Ini bersamaan dengan amandemen Undang-Undang Udara Bersih di Amerika Serikat pada 1990.


Sumber : Tempo