Piramida Besar Giza |
Piramida Besar Giza adalah piramida tertua dan terbesar dari tiga piramida yang ada di Nekropolis Giza. Dibangun selama 20 tahun dan diperkirakan berlangsung pada sekitar tahun 2560 SM. Merupakan satu-satunya bangunan Tujuh Keajaiban Dunia.
Dunia Kuno yang masih tersisa hingga saat ini. Namun, kontroversi masih melingkupi pembangunannya. Piramida Giza terus menerus menjadi fokus teori konspirasi -- di mana sejumlah orang berpendapat bahwa tak mungkin manusia yang membangun struktur raksasa dengan presisi sesempurna itu di masa teknologi belum berkembang.
Ada lagi yang menghubung-hubungkannya pengaturan kompleks Piramida Giza dengan rasi gugus bintang Orion -- yang identik dengan Osiris. Pun dengan spekulasi keberadaan ruangan di bawah Sphinx (Hall off Records) -- yang diyakini sebuah perpustakaan mistis yang menyimpan gulungan papirus berisi rahasia Mesir dan sejarah Atlantis yang Hilang.
Dengan dalih untuk membuktikan teori alternatif tersebut, dua pria Jerman, Dominique Goerlitz dan Stefan Erdmann, mengunjungi Piramida Mesir pada April 2013 lalu.
Di tengah kondisi pariwisata Mesir yang menurun drastis akibat kerusuhan sosial dan politik. Para operator tur, bahkan lembaga pemerintah, kerap nekat melanggar aturan demi orang asing yang bersedia membayar mahal.
Bersama seorang pembuat film asal Jerman, mereka masuk ke bagian dalam Piramida Agung Giza yang tak boleh diakses publik -- hanya sedikit arkeolog dan ahli Mesir yang dibolehkan. Di sana, mereka dilaporkan mengambil sejumlah item dari piramida, termasuk sampel cartouche -- mirip plakat nama dari batu berbentuk oval yang mengidentifikasikan Firaun Khufu atau Cheops.
Kini mereka diperkarakan atas tuduhan vandalisme. Goerlitz dan Erdmann, yang bukan arkeolog, juga diduga menyelundupkan artefak keluar Mesir. Melanggar UU barang antik yang ketat pemberlakuannya. Selain 3 warga Jerman, 6 warga Mesir juga ditahan dalam kasus tersebut -- termasuk penjaga dan inspektur Kementerian Barang Antik Mesir yang mengizinkan mereka masuk ke dalam piramida.
Pemerintah Jerman mengutuk apa yang dilakukan 3 warganya. Menegaskan bahwa apa yang mereka lakukan tak ada kaitannya dengan Institut Arkeologi Jerman.
Teori Konspirasi Pembangunan Piramida Giza
Dominique Goerlitz dan Stefan Erdmann mengakui tindakan mereka. Bahkan, merekam tindakan yang dikategorikan merusak situs arkeologi dalam foto dan video. Namun, keduanya berdalih, tujuan mereka mulia: untuk membuktikan "alternatif sejarah", teori konspirasi mereka, bahwa piramida itu tidak dibangun oleh orang Mesir kuno .
Goerlitz dan Erdmann yakin, cartouche yang mengidentifikasi Khufu sebagai pencipta Piramida Agung di Giza adalah palsu. Mereka berniat melakukan analisis sampel cartouche, membuktikan bahwa prasasti nama itu tak setua piramida itu sendiri.
Intinya, mereka menduga, Firaun Khufu mengklaim piramida yang telah dibangun ribuan tahun sebelumnya -- oleh orang-orang dari kota legendaris Atlantis -- sebagai idenya. Mereka juga menuding, para arkeolog sengaja menutupi atau mengabaikan bukti yang mengarahkan bahwa piramida itu berasal dari era pra-Mesir, sebelum Mesir.
Teori-teori konspirasi Goerlitz dan Erdmann tidak muncul dalam ruang hampa. Pendapat itu sebelumnya dipopulerkan sejumlah orang, termasuk oleh penulis buku laris Erich von Daniken dalam karyanya "Chariots of the Gods?" yang kali pertama dipublikasikan pada 1968. Sejumlah penulis juga mengklaim, pembangun Piramida Agung Giza bukan Bangsa Mesir Kuno melainkan makhluk ekstrateresterial atau penduduk Atlantis.
Jadi siapa yang membangun piramida Mesir? Teori liar Goerlitz dan Erdmann tentang orang Atlantis, bisa dipatahkan dengan fakta bahwa eksistensi kota yang konon berperadaban maju itu belum terbukti nyata. Tak ada bukti sahih.
Atlantis kali pertama dideskripsikan dalam dua dialog Plato -- "Timaeus" dan "Critias" yang ditulis sekitar tahun 330 Sebelum Masehi. Atlantis yang didiskusikan oleh Plato tidak merujuk pada sebuah kekaisaran kuno.
Selain itu, ada bukti nyata bahwa Bangsa Mesir kuno lah yang membangun Piramida Giza. Ken Feder, dosen arkeologi dan antropologi Central Connecticut State University, sekaligus penulis "Frauds, Myths, and Mysteries: Science and Pseudoscience in Archaeology" punya bukti soal itu.
"Bangsa Mesir kuno lah yang membangun piramida," kata Feder kepada LiveScience. "Kontras dengan pendapat mereka yang percaya fantasi -- bahwa keterampilan teknologi yang diperlukan untuk membangun piramida tidak dikuasai orang-orang Mesir kuno. Kenyataannya, Piramida Agung Giza adalah puncak dari proses evolusi yang panjang multigenerasi. Para arkeolog menemukan sejumlah bukti kegagalan membangun piramida.
"Usaha awal membangun sebuah bangunan piramid geometris menghasilkan piramida gagal yang kolaps," kata Feder. "Upaya lain menghasilkan retakan yang muncul di bagian bawah piramida, karena lereng terlalu curam, atau salah satu sudut piramida diposisikan dasar berpasir yang rapuh," kata dia.
Bukti lain soal Piramida Giza, jelas dia, para pekerja kadang-kadang menorehkan tanggal di balok batu pembentuk piramida. "Juga ada satu bagian dari graffiti dalam ruang di Piramida Besar yang mengandung kalimat., "Kami melakukannya dengan kebanggaan demi Firaun Agung Khnum-Khuf (nama lain Firaun Khufu)," tambah dia. Feder mengatakan, sejatinya tak ada kontroversi terkait siapa yang membangun piramida.
Siapa pun yang tertangkap karena mencoba untuk menulis ulang sejarah, melalui pencurian atau akal-akalan, tidak sedang melakukan penelitian arkeologi.
"Mereka melanggar hukum dan menghina kerja keras dari ribuan pekerja dan buruh yang menghasilkan salah satu keajaiban dunia kuno," kata Feder.
0 komentar:
Post a Comment