Foto di atas Kutub Utara |
Perubahan cepat pada wilayah Arktik (Kutub Utara) yang sebagian besar
dipenuhi dengan es memecahkan rekor baru. Rekor dalam hilangnya es laut
dan salju musim semi di tahun ini. Ilmuwan mengungkap, beberapa lapisan
es juga mencair pada musim panas.
Dilansir Latimes, Kamis (6/12/2012), laporan terbaru tentang Arktik ini juga hadir akibat kekecewaan yang terjadi di Doha, Qatar, atas lambatnya kemajuan pembicaraan iklim PBB untuk mencapai kesepakatan global guna mengurangi emisi gas rumah kaca.
Penumpukan gas mampu menaikkan suhu global rata-rata dengan perubahan yang paling menonjol di lintang Bumi bagian utara. "Arktik merupakan bagian yang sangat sensitif dari dunia," ujar Jane Lubchenco, Administrator National Oceanic and Atmospheric Administration.
Ia mengatakan, ketika wilayah Kutub ini menghangat, maka bisa dilihat hasil dengan berkurangnya salju dan laut es. "Lapisan es besar mencair dan perubahan pada vegetasi," tambahnya.
Para ilmuwan melakukan pertemuan American Geophysical Union di San Fransisco. Mereka mengungkap update tahunan tentang Arctic Report Card. Ini merupakan kolaborasi lebih dari 140 ilmuwan yang merumuskan tentang Arktik yang terus menghangat.
Laut es Kutub Utara mengalami kemunduran ke rekor terendah sejak ilmuwan mulai mengukur wilayah tersebut dengan satelit di 1979. Pengukuran lapisan es berada dalam kondisi setengah dari yang terjadi di 2000.
Mereka merumuskan, hilangnya es laut adalah penting untuk kelangsungan hidup anjing laut, beruang kutub serta hewan yang tinggal di Kutub lainnya. Selain itu, ilmuwan juga menemukan bahwa lapisan es Greenland mengalami pencairan paling luas, yang mencakup sekitar 97 persen dari lapisan es di Juli tahun ini.
Hilangnya es ini juga akan berpengaruh terhadap proyeksi ilmiah terkait seberapa cepat permukaan air laut akan naik dalam dekade mendatang. Rekor baru untuk salju yang menutupi Northern Hemisphere terjadi di Juni.
Banyak lanskap dataran tinggi yang terutupi dengan salju selama sembilan bulan. Meskipun beberapa tahun memiliki jumlah intensitas salju yang lebih daripada waktu yang lain, namun hilangnya es ini juga akan berdampak pada aliran sungai musim semi, musim tumbuh serta perilaku satwa liar.
Dilansir Latimes, Kamis (6/12/2012), laporan terbaru tentang Arktik ini juga hadir akibat kekecewaan yang terjadi di Doha, Qatar, atas lambatnya kemajuan pembicaraan iklim PBB untuk mencapai kesepakatan global guna mengurangi emisi gas rumah kaca.
Penumpukan gas mampu menaikkan suhu global rata-rata dengan perubahan yang paling menonjol di lintang Bumi bagian utara. "Arktik merupakan bagian yang sangat sensitif dari dunia," ujar Jane Lubchenco, Administrator National Oceanic and Atmospheric Administration.
Ia mengatakan, ketika wilayah Kutub ini menghangat, maka bisa dilihat hasil dengan berkurangnya salju dan laut es. "Lapisan es besar mencair dan perubahan pada vegetasi," tambahnya.
Para ilmuwan melakukan pertemuan American Geophysical Union di San Fransisco. Mereka mengungkap update tahunan tentang Arctic Report Card. Ini merupakan kolaborasi lebih dari 140 ilmuwan yang merumuskan tentang Arktik yang terus menghangat.
Laut es Kutub Utara mengalami kemunduran ke rekor terendah sejak ilmuwan mulai mengukur wilayah tersebut dengan satelit di 1979. Pengukuran lapisan es berada dalam kondisi setengah dari yang terjadi di 2000.
Mereka merumuskan, hilangnya es laut adalah penting untuk kelangsungan hidup anjing laut, beruang kutub serta hewan yang tinggal di Kutub lainnya. Selain itu, ilmuwan juga menemukan bahwa lapisan es Greenland mengalami pencairan paling luas, yang mencakup sekitar 97 persen dari lapisan es di Juli tahun ini.
Hilangnya es ini juga akan berpengaruh terhadap proyeksi ilmiah terkait seberapa cepat permukaan air laut akan naik dalam dekade mendatang. Rekor baru untuk salju yang menutupi Northern Hemisphere terjadi di Juni.
Banyak lanskap dataran tinggi yang terutupi dengan salju selama sembilan bulan. Meskipun beberapa tahun memiliki jumlah intensitas salju yang lebih daripada waktu yang lain, namun hilangnya es ini juga akan berdampak pada aliran sungai musim semi, musim tumbuh serta perilaku satwa liar.
Sumber: Okezone.com