Ilustrasi |
Segelintir bintik-bintik putih yang ditemukan di antara tinta buku-buku
zaman pertengahan ternyata bukan sebuah tanda kesalahan cetak. Bintik
tersebut sebenarnya merupakan rekaman fosil sejenis kumbang yang ada di
Eropa.
Dilansir dari Live Science, Rabu (21/11/2012), bintik putih tersebut merepresentasikan sebuah lubang cacing tempat anak-anak yang menetas dari telur kumbang mencari jalan keluar. Kumbang tersebut biasanya meletakkan telur mereka dalam kayu keras yang digunakan untuk mencetak ilustrasi pada masa 1400 dan 1800.
Catatan yang ada mengungkap bahwa dua spesies kumbang yang sekarang berkumpul di Eropa Barat, dulunya tidak pernah bertemu. Tanpa bukti berupa lubang cacing tersebut, ahli biologi dari Pennsylvania State University, Blair Hedge mengatakan sejarah ini tidak mungkin bisa terungkap.
"Semua penemuan ini adalah tentang penyebaran lubang cacing. Sebelumnya tidak ada spesimen dalam toples atau apapun. Tidak ada informasi yang kita punya," ujarnya kepada Live Science.
Hedges mengukur bintik-bintik putih itu seiring meninjau buku-buku abad pertengahan di koleksi perpustakaan dan di arsip digital resolusi tinggi. Pada 473 cetakan yang dibuat antara 1462 sampai 1899, ia menemukan ribuan lubang, termasuk 3.263 lubang bulat sempurna yang tercipta saat kumbang keluar dari blok kayu ketika kumbang berusaha keluar.
Selain itu juga ditemukan 318 jalur yang berkelok-kelok. Jalur ini tercipta seiring kumbang membuat jalan dengan mengunyah serat kayu. Bukti semacam ini disebut fosil jejak.
Pada buku yang dicetak di kota wilayah utara seperti London, lubang- lubang tersebut cenderung kecil sekira 1,44 milimeter. Pelakunya adalah kumbang Anobium punctatum.
Sementara di kota-kota selatan Eropa, lubang-lubangnya lebih besar sekira 2,3 milimeter. Pelakunya adalah kumbang Oligomerus ptilinoides.
Kedua jenis kumbang ini tidak pernah bertemu dan tetap berada di wilayahnya masing-masing. Namun di masa kini seiring meningkatnya perdagangan kayu, kedua kumbang tersebut tersebar di berbagai wilayah Eropa.
Dilansir dari Live Science, Rabu (21/11/2012), bintik putih tersebut merepresentasikan sebuah lubang cacing tempat anak-anak yang menetas dari telur kumbang mencari jalan keluar. Kumbang tersebut biasanya meletakkan telur mereka dalam kayu keras yang digunakan untuk mencetak ilustrasi pada masa 1400 dan 1800.
Catatan yang ada mengungkap bahwa dua spesies kumbang yang sekarang berkumpul di Eropa Barat, dulunya tidak pernah bertemu. Tanpa bukti berupa lubang cacing tersebut, ahli biologi dari Pennsylvania State University, Blair Hedge mengatakan sejarah ini tidak mungkin bisa terungkap.
"Semua penemuan ini adalah tentang penyebaran lubang cacing. Sebelumnya tidak ada spesimen dalam toples atau apapun. Tidak ada informasi yang kita punya," ujarnya kepada Live Science.
Hedges mengukur bintik-bintik putih itu seiring meninjau buku-buku abad pertengahan di koleksi perpustakaan dan di arsip digital resolusi tinggi. Pada 473 cetakan yang dibuat antara 1462 sampai 1899, ia menemukan ribuan lubang, termasuk 3.263 lubang bulat sempurna yang tercipta saat kumbang keluar dari blok kayu ketika kumbang berusaha keluar.
Selain itu juga ditemukan 318 jalur yang berkelok-kelok. Jalur ini tercipta seiring kumbang membuat jalan dengan mengunyah serat kayu. Bukti semacam ini disebut fosil jejak.
Pada buku yang dicetak di kota wilayah utara seperti London, lubang- lubang tersebut cenderung kecil sekira 1,44 milimeter. Pelakunya adalah kumbang Anobium punctatum.
Sementara di kota-kota selatan Eropa, lubang-lubangnya lebih besar sekira 2,3 milimeter. Pelakunya adalah kumbang Oligomerus ptilinoides.
Kedua jenis kumbang ini tidak pernah bertemu dan tetap berada di wilayahnya masing-masing. Namun di masa kini seiring meningkatnya perdagangan kayu, kedua kumbang tersebut tersebar di berbagai wilayah Eropa.