ilustrasi |
Global warming atau pemanasan global ialah meningkatnya suhu
rata-rata atmosfer, laut dan daratan. Pemanasan global bisa berdampak
buruk terhadap kehidupan, seperti intensitas cuaca yang ekstrim serta
punahnya berbagai spesies hewan. Tidak hanya itu, fenonema ini juga bisa
menimbulkan perubahan budaya.
Seperti diketahui, suhu rata-rata global permukaan bumi meningkat selama seratus tahun terakhir. Ilmuwan percaya bahwa hal ini disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia.
Dilansir Scientificamerican, Senin (12/11/2012), pemanasan global adalah kabar buruk untuk olahraga di musim dingin. Fenomena ini tidak hanya menimbulkan perubahan iklim, tetapi juga mengakibatkan perubahan budaya atau kebiasaan-kebiasaan manusia.
Mencairnya air laut Arktik bisa menyebabkan berakhirnya perburuan tradisional dan aktivitas memancing untuk orang-orang yang tinggal di daerah Kutub. Selain itu, dampak pengasaman laut terhadap terumbu karang dapat menghilangkan spesies tertentu di Melanesia, seperti lumba-lumba, hiu serta ikan pari.
Menurut jurnal Nature Climate Change, perubahan ini bisa dirasakan secara global. Misalnya, terjadinya badai besar maupun kegagalan panen bagi petani.
Selain itu, efek perubahan iklim ini juga menyebabkan melonjaknya migrasi penduduk. Perubahan iklim juga berdampak pada sektor perikanan atau peternakan.
Adaptasi ini menjadi kunci tantangan budaya untuk masa yang akan datang. Diperlukan komunikasi global yang bisa menghubungkan dengan keprihatinan lndividu lokal serta komunitas untuk mengurangi resiko iklim.
Wikipedia menerangkan, efek rumah kaca ialah kondisi di mana sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas. Gas ini antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida serta metana.
Pada tingkat tertentu, efek rumah kaca ini diperlukan oleh makhluk hidup yang ada di bumi. Karena tanpa efek rumah kaca ini, maka planet akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 derajat celcius, bumi sesungguhnya telah lebih panas 33 derajat celcius dari suhu semula.
Bila tidak ada efek rumah kaca, maka suhu bumi hanya minus 18 derajat celcius. Sehingga es akan menutupi seluruh permukaan bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas tersebut berlebihan di atmosfer, akan menimbulkan pemanasan global.
Seperti diketahui, suhu rata-rata global permukaan bumi meningkat selama seratus tahun terakhir. Ilmuwan percaya bahwa hal ini disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia.
Dilansir Scientificamerican, Senin (12/11/2012), pemanasan global adalah kabar buruk untuk olahraga di musim dingin. Fenomena ini tidak hanya menimbulkan perubahan iklim, tetapi juga mengakibatkan perubahan budaya atau kebiasaan-kebiasaan manusia.
Mencairnya air laut Arktik bisa menyebabkan berakhirnya perburuan tradisional dan aktivitas memancing untuk orang-orang yang tinggal di daerah Kutub. Selain itu, dampak pengasaman laut terhadap terumbu karang dapat menghilangkan spesies tertentu di Melanesia, seperti lumba-lumba, hiu serta ikan pari.
Menurut jurnal Nature Climate Change, perubahan ini bisa dirasakan secara global. Misalnya, terjadinya badai besar maupun kegagalan panen bagi petani.
Selain itu, efek perubahan iklim ini juga menyebabkan melonjaknya migrasi penduduk. Perubahan iklim juga berdampak pada sektor perikanan atau peternakan.
Adaptasi ini menjadi kunci tantangan budaya untuk masa yang akan datang. Diperlukan komunikasi global yang bisa menghubungkan dengan keprihatinan lndividu lokal serta komunitas untuk mengurangi resiko iklim.
Wikipedia menerangkan, efek rumah kaca ialah kondisi di mana sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas. Gas ini antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida serta metana.
Pada tingkat tertentu, efek rumah kaca ini diperlukan oleh makhluk hidup yang ada di bumi. Karena tanpa efek rumah kaca ini, maka planet akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 derajat celcius, bumi sesungguhnya telah lebih panas 33 derajat celcius dari suhu semula.
Bila tidak ada efek rumah kaca, maka suhu bumi hanya minus 18 derajat celcius. Sehingga es akan menutupi seluruh permukaan bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas tersebut berlebihan di atmosfer, akan menimbulkan pemanasan global.