Sketsa Gunung Padang |
Pemetaan geologi di Indonesia selama ini dilakukan dengan metode
dengan skala rata-rata yakni 1:250.000. Padahal, kebutuhan akan peta
geologi cukup tinggi dengan skala lebih besar yaitu 1:50.000.
Selain itu, untuk menyelesaikan pemetaan geologi secara konvensional tersebut, dibutuhkan waktu sekitar 50-100 tahun.
Namun, dengan kemajuan teknologi informasi, penggunaan teknologi
penginderaan jauh menjadi salah satu alternatif untuk memetakan unsur
geologi di seluruh wilayah Indonesia.
Menurut keterangan tertulis Tim Terpadu Riset Mandiri Badan
Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), Sabtu 17
November 2012, ditemukan salah satu aplikasi teknologi penginderaan jauh
untuk pemetaan geologi yaitu citra Interferometric Synthetic Aperture
Radar (IFSAR).
Teknologi tersebut, membuat citra dan peta topografi digital terbaru,
sehingga teknologi IFSAR digunakan untuk membuat sebuah peta. Sesuai
namanya, IFSAR merupakan teknologi terbaru dalam dunia pemetaan dengan
mengandalkan sensor radar.
Teknologi IFSAR menghasilkan dua produk inti, yaitu Orthorectified Radar Imagery (ORI) dengan
resolusi 1,25 meter dan data Digital Elevation Model (DEM) dengan
resolusi lima meter. Produk-produk lainnya adalah seperti peta dasar
skala 1:5.000 - 1:10.000 yang bisa dihasilkan dengan mudah dari produk
inti.
Sebelumnya, di berbagai kesempatan, survei tim katastropik purba dan
dilanjutkan dengan survei tim terpadu riset mandiri, tim selalu
menggunakan data geolistrik, georadar yang sangat komplit, data bor,
carbon dating, data petrologi-petrografi dana analisis K-AR dating untuk
penentuan umur batuan andesitnya.