Para ilmuwan menemukan tumpukan sekitar 1.800 kerangka kura-kura purba
yang jutaan tahun lalu terkubur dalam sebuah kubangan di China.
Menurut hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Jerman, Naturwissenschaften, edisi Oktober 2012, fosil kura-kura mesa chelonia itu ditemukan di Provinsi Xinjiang, barat laut China.
Para ahli paleontologi menyebut tempat penemuan fosil itu sebagai "sarang tulang" dengan banyak cangkang bertumpuk diantara bebatuan.
Menurut dugaan para peneliti, sekitar 160 juta tahun lalu kura-kura yang diidentifikasi masuk ke genus Annemys itu sedang berkumpul di sebuah kubangan selama musim yang sangat kering, menunggu hujan yang sepertinya datang sangat terlambat.
Para ilmuwan menduga ketika hujan benar-benar datang, bencana terjadi. Banjir membuat area itu tergenang lumpur sehingga semua kura-kura terjebak dalam suatu tempat.
Cangkang fosil kura-kura di situs tersebut berukuran panjang sekitar 20 sentimeter dan di area paling padat, kura-kura berjejalan hingga 36 ekor per meter persegi.
"Situs ini mungkin berisi lebih dari dua kali dari jumlah kura-kura sejenis yang ada pada masa Jurassic," kata Walter Joyce, ahli fosil kura-kura dari University of Tubingen, Jerman.
Jumlah yang sangat banyak memberikan kesempatan langka bagi para ilmuwan untuk meneliti variasi diantara individu dalam satu spesies kura-kura pada zaman prasejarah.
"Kita tahu diantara organisme hidup bahwa individu dalam beberapa spesies tampak serupa, sedangkan individu dari spesies lain punya banyak variasi," kata Joyce kepada LiveScience.
"Sebagai ahli paleontologi, sulit untuk menilai apakah fosil yang ditemukan berbeda dari yang lain karena ini spesies baru atau ini bagian dari spesies yang sudah ada. Dengan data dari situs baru ini kami akan dapat menilai pola keragaman kura-kura pada zaman Jura di Asia," tambahnya.
Menurut hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Jerman, Naturwissenschaften, edisi Oktober 2012, fosil kura-kura mesa chelonia itu ditemukan di Provinsi Xinjiang, barat laut China.
Para ahli paleontologi menyebut tempat penemuan fosil itu sebagai "sarang tulang" dengan banyak cangkang bertumpuk diantara bebatuan.
Menurut dugaan para peneliti, sekitar 160 juta tahun lalu kura-kura yang diidentifikasi masuk ke genus Annemys itu sedang berkumpul di sebuah kubangan selama musim yang sangat kering, menunggu hujan yang sepertinya datang sangat terlambat.
Para ilmuwan menduga ketika hujan benar-benar datang, bencana terjadi. Banjir membuat area itu tergenang lumpur sehingga semua kura-kura terjebak dalam suatu tempat.
Cangkang fosil kura-kura di situs tersebut berukuran panjang sekitar 20 sentimeter dan di area paling padat, kura-kura berjejalan hingga 36 ekor per meter persegi.
"Situs ini mungkin berisi lebih dari dua kali dari jumlah kura-kura sejenis yang ada pada masa Jurassic," kata Walter Joyce, ahli fosil kura-kura dari University of Tubingen, Jerman.
Jumlah yang sangat banyak memberikan kesempatan langka bagi para ilmuwan untuk meneliti variasi diantara individu dalam satu spesies kura-kura pada zaman prasejarah.
"Kita tahu diantara organisme hidup bahwa individu dalam beberapa spesies tampak serupa, sedangkan individu dari spesies lain punya banyak variasi," kata Joyce kepada LiveScience.
"Sebagai ahli paleontologi, sulit untuk menilai apakah fosil yang ditemukan berbeda dari yang lain karena ini spesies baru atau ini bagian dari spesies yang sudah ada. Dengan data dari situs baru ini kami akan dapat menilai pola keragaman kura-kura pada zaman Jura di Asia," tambahnya.