Paus pilot sirip pendek (Globicephala macrorhynchus) |
Sebanyak 46 paus pilot terdampar di Nusa Tenggara Timur (NTT), dengan 44
di antaranya ditemukan warga pada Senin (1/10/2012) sekitar pukul
19.00. Adapun dua lainnya ditemukan pada Selasa (2/10/2012) ini.
Tim Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sabu Raijua (DKP Kabupaten Sabu Raijua) beserta Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kupang dan masyarakat berupaya menyelamatkan paus dan mengembalikannya ke laut. Namun, hanya 2 paus yang berhasil diselamatkan, sementara 44 lainnya mati.
Seperti dua kasus terdamparnya paus di Pantai Pakis dan Muara Gembong beberapa waktu lalu, pertanyaan yang kembali mengemuka adalah mengapa paus bisa terdampar? Khusus untuk kasus ini, pertanyaannya adalah mengapa paus yang terdampar dalam jumlah besar?
Totok Hestirianoto, pakar mamalia laut dari Institut Pertanian Bogor (IPB), mengatakan bahwa ada dua kemungkinan. Pertama, akibat limbah, dan kedua, akibat pergerakan lempeng tektonik yang memengaruhi navigasi paus.
"Paus itu terdampar di perairan yang memang menjadi jalur migrasinya. Kalau paus bisa terdampar, maka pasti ada sesuatu yang membuatnya terdampar saat sedang migrasi," kata Totok saat dihubungi Kompas.com, Selasa ini.
"Ada sesuatu dalam air laut tersebut yang memabukkan paus. Limbah minyak misalnya," tambahnya. Menurutnya, tambang di Selat Timor bisa menjadi salah satu penyebab terdamparnya paus dalam jumlah cukup besar.
Sebab lain, menurut Totok, adalah pergerakan lempeng tektonik. Hal ini berpotensi mengganggu navigasi paus. Paus diketahui bergerak dan menentukan arah dengan memanfaatkan sonar. Paus menghasilkan gelombang suara infrasonik yang dipantulkan untuk mengetahui lokasi dan letak predator ataupun mangsa.
"Namun kalau melihat jumlah paus yang terdampar, saya lebih condong pada alasan kedua, yakni karena limbah. Biasanya kalau penyebabnya adalah pergerakan lempeng, jumlah paus yang terdampar tidak banyak," papar Totok.
Sementara itu, Kepala The Nature Conservancy Kupang Alex Tanody mengungkapkan bahwa kejadian ini di NTT tergolong langka. "Ini fenomena baru. Sebelumnya memang ada paus yang terdampar tapi hanya satu-dua," katanya.
Alex menyebut bahwa beberapa perairan di NTT memang mengalami penurunan suhu. "Suhunya bisa mencapai 10 derajat. Warga juga melaporkan adanya ikan yang mati. Tapi letak perairan itu jauh dari tempat terdamparnya paus. Belum bisa diketahui, apakah itu memang berpengaruh," papar Alex.
Ia mengungkapkan, masih terlalu dini untuk menyimpulkan sebab terdamparnya paus. Tim akan mengambil beberapa spesimen bangkai paus untuk diteliti sehingga bisa mengungkap spesies paus sebenarnya dan penyebab mereka terdampar.
Tim Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sabu Raijua (DKP Kabupaten Sabu Raijua) beserta Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kupang dan masyarakat berupaya menyelamatkan paus dan mengembalikannya ke laut. Namun, hanya 2 paus yang berhasil diselamatkan, sementara 44 lainnya mati.
Seperti dua kasus terdamparnya paus di Pantai Pakis dan Muara Gembong beberapa waktu lalu, pertanyaan yang kembali mengemuka adalah mengapa paus bisa terdampar? Khusus untuk kasus ini, pertanyaannya adalah mengapa paus yang terdampar dalam jumlah besar?
Totok Hestirianoto, pakar mamalia laut dari Institut Pertanian Bogor (IPB), mengatakan bahwa ada dua kemungkinan. Pertama, akibat limbah, dan kedua, akibat pergerakan lempeng tektonik yang memengaruhi navigasi paus.
"Paus itu terdampar di perairan yang memang menjadi jalur migrasinya. Kalau paus bisa terdampar, maka pasti ada sesuatu yang membuatnya terdampar saat sedang migrasi," kata Totok saat dihubungi Kompas.com, Selasa ini.
"Ada sesuatu dalam air laut tersebut yang memabukkan paus. Limbah minyak misalnya," tambahnya. Menurutnya, tambang di Selat Timor bisa menjadi salah satu penyebab terdamparnya paus dalam jumlah cukup besar.
Sebab lain, menurut Totok, adalah pergerakan lempeng tektonik. Hal ini berpotensi mengganggu navigasi paus. Paus diketahui bergerak dan menentukan arah dengan memanfaatkan sonar. Paus menghasilkan gelombang suara infrasonik yang dipantulkan untuk mengetahui lokasi dan letak predator ataupun mangsa.
"Namun kalau melihat jumlah paus yang terdampar, saya lebih condong pada alasan kedua, yakni karena limbah. Biasanya kalau penyebabnya adalah pergerakan lempeng, jumlah paus yang terdampar tidak banyak," papar Totok.
Sementara itu, Kepala The Nature Conservancy Kupang Alex Tanody mengungkapkan bahwa kejadian ini di NTT tergolong langka. "Ini fenomena baru. Sebelumnya memang ada paus yang terdampar tapi hanya satu-dua," katanya.
Alex menyebut bahwa beberapa perairan di NTT memang mengalami penurunan suhu. "Suhunya bisa mencapai 10 derajat. Warga juga melaporkan adanya ikan yang mati. Tapi letak perairan itu jauh dari tempat terdamparnya paus. Belum bisa diketahui, apakah itu memang berpengaruh," papar Alex.
Ia mengungkapkan, masih terlalu dini untuk menyimpulkan sebab terdamparnya paus. Tim akan mengambil beberapa spesimen bangkai paus untuk diteliti sehingga bisa mengungkap spesies paus sebenarnya dan penyebab mereka terdampar.
0 komentar:
Post a Comment