Sosok pinguin chinstrap pirang yang ditemukan di Kepulauan Shetland Selatan. Pinguin ini mengalami isabelinisme. |
Sosok pinguin pirang ditemukan di Kepulauan Shetland Selatan,
Antartika. Pinguin tersebut mengejutkan tim National Geographic Journey
to Antartica. Demikian dilaporkan oleh naturalis David Stephen.
Piunguin pirang yang ditemukan adalah jenis pinguin chinstrap. Berbeda dengan pinguin chinstrap umumnya yang memiliki bagian belakang warna gelap, pinguin yang ditemukan punya warna kuning kecoklatan atau coklat pucat.
Pakar pinguin Universitas Washington, Seattle, P. Dee Boersma mengatakan, penyebab pirangnya warna pinguin adalah kelainan genetik disebut isabellinisme, pengurangan pigmen. Kelainan ini pernah dideskripsikan di Marine Ornithology tahun 2009 lalu.
Isabellinisme berbeda dengan albino ataupun leucism. Pada leucism pigmen melanin tidak bisa diproduksi di bulu. Pada albino, pigmen melanin tidak bisa diproduksi di seluruh tubuh. Sementara pada isabelinisme, pigmen berkurang.
"Spesies pinguin sangat jarang memiliki pola warna seperti ini," kata Boersma seperti dikutip National Geographic, Kamis (12/1/2012). Kejadian terbanyak isabellinisme dilaporkan pada pinguin gentoo di Antartika sementara yang paling sedikit pada pinguin magellanic di pantai Amerika Selatan.
Warna normal pinguin sebenarnya adalah bentuk komuflase untuk melindungi diri dari predator. Isabellinisme diperkirakan akan berpengaruh pada survival pinguin, walaupun masih perlu dibuktikan lebih lanjut.
Di luar hal itu, pinguin pirang sebenarnya tak menemukan masalah. Mereka tetap bisa bereproduksi dengan normal.
Piunguin pirang yang ditemukan adalah jenis pinguin chinstrap. Berbeda dengan pinguin chinstrap umumnya yang memiliki bagian belakang warna gelap, pinguin yang ditemukan punya warna kuning kecoklatan atau coklat pucat.
Pakar pinguin Universitas Washington, Seattle, P. Dee Boersma mengatakan, penyebab pirangnya warna pinguin adalah kelainan genetik disebut isabellinisme, pengurangan pigmen. Kelainan ini pernah dideskripsikan di Marine Ornithology tahun 2009 lalu.
Isabellinisme berbeda dengan albino ataupun leucism. Pada leucism pigmen melanin tidak bisa diproduksi di bulu. Pada albino, pigmen melanin tidak bisa diproduksi di seluruh tubuh. Sementara pada isabelinisme, pigmen berkurang.
"Spesies pinguin sangat jarang memiliki pola warna seperti ini," kata Boersma seperti dikutip National Geographic, Kamis (12/1/2012). Kejadian terbanyak isabellinisme dilaporkan pada pinguin gentoo di Antartika sementara yang paling sedikit pada pinguin magellanic di pantai Amerika Selatan.
Warna normal pinguin sebenarnya adalah bentuk komuflase untuk melindungi diri dari predator. Isabellinisme diperkirakan akan berpengaruh pada survival pinguin, walaupun masih perlu dibuktikan lebih lanjut.
Di luar hal itu, pinguin pirang sebenarnya tak menemukan masalah. Mereka tetap bisa bereproduksi dengan normal.