Badan Arkeologi Denpasar melakukan penggalian di lokasi tertimbunnya
candi dari ratusan tahun lalu. Lokasinya di Jalan Trengguli Gang IV D,
Denpasar, tepatnya di Pasraman (pesantren umat Hindu) Ida Resi Bhujangga
Wisnawa Ganda Kusuma di Banjar Saba, Kelurahan Penatih, Denpasar.
Lokasi ditemukannya candi ini berada di lahan seluas 14 are. Menurut pemilik lahan, I Putu Gede Chandra Kirawan, lokasi itu memang dikenal angker oleh warga setempat. "Banyak warga yang tak berani lewat di sekitar sini," kata Kirawan kepada wartawan, Selasa 23 Oktober 2012.
Tapi keangkeran itu sirna setelah lokasi ditemukannya candi kini berdiri bangunan pasraman. Itu pun belum lama, baru 10 bulan belakangan saja. "Baru ketika ada pasraman sejak 10 bulan lalu, warga mulai berani mendekat ke sekitar lokasi," ujar Kirawan.
Penampakan gaib dengan berbagai wujud kerap terjadi di sekitar lokasi itu. "Karena itu, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, kami telah 'minta izin' sebelum dilakukan penggalian," katanya.
Penemuan candi ini bermula pada akhir September lalu, ketika lima orang warga setempat melakukan penggalian tanah untuk membuat resapan air. Saat penggalian mencapai kedalaman satu meter, para penggali menemukan batu padas ukuran 40 x 40 cm berderet sepanjang 1 hingga 1,1 meter.
"Karena penasaran, kami terus menggali. Kami kira ada harta karun. Ternyata, semakin digali semakin banyak kami menemukan lempengan batu padas," jelas Kirawan.
Temuan itu kemudian dilaporkan ke Badan Arkeologi Denpasar. Badan Arkeologi kemudian melanjutkan penggalian mulai Kamis 18 Oktober 2012.
Ketua Tim Peneliti dari Badan Arkeologi Denpasar, Wayan Suantika mengatakan, arkeolog menduga temuan ini adalah candi yang diperkirakan dari abad XIV masehi. Temuan ini, kata dia, bisa jadi candi terbesar di Bali.
Dugaan itu bisa dilihat dari bentuk bangunan yang tidak seperti bangunan pura setelah abad XIV masehi. "Dugaan itu juga bisa dilihat dari adanya bahan batu padas yang dilapisi oleh lapisan penguat, yang biasanya ditemukan pada bangunan pada abad XIII dan XIV," kata Suantika.
Lokasi ditemukannya candi ini berada di lahan seluas 14 are. Menurut pemilik lahan, I Putu Gede Chandra Kirawan, lokasi itu memang dikenal angker oleh warga setempat. "Banyak warga yang tak berani lewat di sekitar sini," kata Kirawan kepada wartawan, Selasa 23 Oktober 2012.
Tapi keangkeran itu sirna setelah lokasi ditemukannya candi kini berdiri bangunan pasraman. Itu pun belum lama, baru 10 bulan belakangan saja. "Baru ketika ada pasraman sejak 10 bulan lalu, warga mulai berani mendekat ke sekitar lokasi," ujar Kirawan.
Penampakan gaib dengan berbagai wujud kerap terjadi di sekitar lokasi itu. "Karena itu, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, kami telah 'minta izin' sebelum dilakukan penggalian," katanya.
Penemuan candi ini bermula pada akhir September lalu, ketika lima orang warga setempat melakukan penggalian tanah untuk membuat resapan air. Saat penggalian mencapai kedalaman satu meter, para penggali menemukan batu padas ukuran 40 x 40 cm berderet sepanjang 1 hingga 1,1 meter.
"Karena penasaran, kami terus menggali. Kami kira ada harta karun. Ternyata, semakin digali semakin banyak kami menemukan lempengan batu padas," jelas Kirawan.
Temuan itu kemudian dilaporkan ke Badan Arkeologi Denpasar. Badan Arkeologi kemudian melanjutkan penggalian mulai Kamis 18 Oktober 2012.
Ketua Tim Peneliti dari Badan Arkeologi Denpasar, Wayan Suantika mengatakan, arkeolog menduga temuan ini adalah candi yang diperkirakan dari abad XIV masehi. Temuan ini, kata dia, bisa jadi candi terbesar di Bali.
Dugaan itu bisa dilihat dari bentuk bangunan yang tidak seperti bangunan pura setelah abad XIV masehi. "Dugaan itu juga bisa dilihat dari adanya bahan batu padas yang dilapisi oleh lapisan penguat, yang biasanya ditemukan pada bangunan pada abad XIII dan XIV," kata Suantika.
Sumber: viva.co.id